Jumat, 25 Mei 2012

Eksistensialisme Dari Sebuah Karya Sastra Yang Berjudul "Les Mots"


Les Mots

Setelah membaca karya sastra dari Jean-Paul Sartre, saya langsung berpikir tentang aliran eksistensialisme yang marak pada abad XX. Aliran ini terkenal karena telah berakhirnya perang dunia di muka bumi sehingga orang-orang sudah mulai berpikir tentang kebebasan pada dirinya sendiri. Kalau dilihat dari philosophie jean-Paul Sartre, saya beranggapan bahwa masa kecil beliau sudah mulai menulis tentang autobiographie dari seseorang yang dimana autobiographie dari seseorang tersebut sudah menunjukan ke-eksistensialismenya.
Sebuah karya sastra berjudul “Les Mots” yang ditulis oleh Jean-Paul Sartre juga telah menunjukan kebebasan seseorang untuk bertindak sesuai kemauannya sendiri. Isi dalam karya sastra ini Si Narator dan ibunya merasa bingung/ragu dalam menentukan sebuah pertunjukan yang akan disaksikan. Ini disebabkan narator dan ibunya mulai berpikir untuk menentukan pertunjukan yang akan mereka lihat. Pertunjukan-pertunjukan itu seperti (La Châtelat, la Maison Électrique, le musee Gravin et le cirque). Tapi karena mereka sudah melihat pertunjukan itu semua pada akhir moment, dan mereka pun memilih untuk melihat dan masuk ke dalam ruangan prokyektor atau pergi ke bioskop.
Keraguan ini disebabkan karena tiap orang bebas memilih apa yang dikehendakinya, tanpa ada beban atau paksaan yang terjadi di dalam hidup masing-masing individu. Inilah yang merubah pola pikir seseorang menjadi liberal atau bebas menentukan serta mencari  jati dirinya. Eksistensialisme berkembang pesat pada era itu.
Sang kakek yang tertulis pada karya sastra “Les Mots” tampak sibuk dengan kepentingannya sendiri di dalam ruang kerjanya. Setelah itu dia melihat sang anak yang akan  pergi ke bioskop, dan hanya bertanya “mau kemana anak-anak?”, kata sang kakek. Dan sang ibu menjawab pertanyaan, “Pergi ke bioskop”. Tetapi setelah itu sang kakek hanya memberikan nasihat sedikit lalu seakan-akan lekas membiarkan anak-anak pergi. Ini membuktikan bahwa orang-orang pada era itu kebanyakan lebih mementingkan kepentingan individu ketimbang harus ikut campur dalam urusan seseorang.
Reaksi yang dilakukan oleh Simonnot adalah watak yang selalu serius pada dirinya sendiri dan dia ingin juga merasakan pergi ke bioskop karena pada konteks ini M.Simonnot belum pernah sama sekali masuk ke dalam gedung proyektor atau bioskop, hanya kekasihnya yang sudah pergi ke bioskop. Pada era ini mungkin kebesaran tentang kebebasan seseorang ditunjukan dengan memberikan sebuah karya sastra contohnya yang bisa dilihat atau dinikmati oleh seseorang. Aliran Eksistensialisme sangat berkembang pesat pada abad XX pasca perang dunia. Jadi rasa ingin tahu seseorang bisa direalisasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar