Surealisme Dari Dua Karya Sastra Yang
Berbeda
Peran
tokoh raja pada karya sastra yang berjudul “Ubu roi” dan”Macbett” memang sebuah
karya yang terkesan tidak jelas. Sangat terlihat jelas setelah saya membaca dua
karya yang berbeda ini. Dan adapun ketidak sesuain perilaku dan sikap seorang
raja jika kita nalar dengan akal sehat manusia. Yang dimana seharusnya
penggambaran sosok dari seorang raja adalah seseorang yang bisa memimpin
warganya, bijaksana, bisa bersikap tegas, baik hati terhadap semua pengikutnya
dan sebagainya. Akan tetapi saya melihat karya ini sebagai bentuk berkembangnya
surealisme dikalangan masyarakat pada masa itu.
Menurut
sepengetahuan saya surealisme sendiri merupakan sebuah karya seni dan penulisan
yang paling banyak dikenal. Dan karya yang terkait dengan aliran surealisme
banyak sekali ditemukan kejutan dan atau sesuatu tak terduga yang ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa
alasan yang jelas.
Yang pertama dalam sebuah karya sastra berjudul
“Ubu roi” yang ditulis oleh Alfred Jarry, mengungkapkan bahwa tokoh yang
bernama Père Ubu selalu memikirkan kekuasaan tanpa melihat perasaan lawan
bicaranya. Seperti pada penggalan dialog :
Père Ubu: Qui es-tu, bouffre?
Le Noble: Compte de Vitepsk.
Père Ubu: De combien sont tes revenus?
Le Noble: Trois millions de rixdales
Père Ubu: Condamné !
Mère Ubu: Quelle basse férocité !
Dari penggalan kalimat yang disajikan oleh karya
ini, bisa terlihat bagaimana sosok ketidak dermawanan dari seorang raja yang
menyepelekan bangsawan (Le Noble). Yang diceritakan bahwa sang raja awalnya
hanya menanyakan suatu hal kepada bangsawan tersebut, dan dengan apa adanya
bangsawan tersebut menjawab pertanyaan dari sang raja. Selanjutnya sang raja
menanyakan kembali harta yang dimiliki bangsawan tersebut, dan kemudian
bangsawan menjawab kembali pertanyaan sang raja dengan apa adanya pula. Akan tetapi
sebaliknya, sosok sang Mère Ubu sangat tidak setuju dengan perlakuan sang raja
terhadap bangsawan tersebut yang diceritakan dalam karya ini.
Dan
akhirnya dengan kejutan yang tak terduga, sang raja selanjutnya menahan dan
memasukkan bangsawan tersebut ke dalam penjara tanpa alasan yang jelas. Itu sebuah
tindakan yang secara tiba-tiba mengambil keputusan sesuai keinginannya sendiri.
Dan bagi kita yang telah membaca ketidak jelasan dari sosok perilaku dan sikap
seorang raja sangat tidak bisa di talar secara akal sehat. Saya pun tidak
menemukan titik temu pada percakan dalam karya sastra ini, dan seolah-olah kita
sebagai pembaca hanya disajikan ketidak jelasan watak dari tokoh tersebut. Lebih
dramatisnya lagi, perilaku dan sikap yang kejam ini diberikan kembali kepada
beberapa bangsawan yang telah ditanyakan beberapa pertanyaan oleh sang raja.
Dari penggalan dialog tersebut mungkin saya bisa mendeskripsikan
bahwa sikap antusias sang raja akan kekuasaannya yang abadi. Dia tidak ingin
ada seorang pun yang ingin mendahului atau melebihi kekuasaan dari dirinya,
walaupun orang itu adalah seorang bangsawan sekalipun. Jadi kesannya pemimpin
yang mutlak dikuasai penuh oleh seorang raja. Padahal pada kenyataannya dalam
kehidupan bermasyarakat kita membutuhkan pemimpin-pemimpin tiap daerah, agar
semua dapat terkendali. Inilah menurut saya yang membuat aliran surealisme
sangat terkenal di mata masyarakat sampai sekarang.
Beda halnya dengan karya sastra “macbett” sosok
raja yang bernama Duncan adalah seorang yang naif, tokoh yang acuh tak acuh
tapi tegas, berwawasan dan sangat peka. Dalam dialog tersebut, lagi-lagi saya
menemukan beberapa kejanggalan yang terjadi. Diantaranya terdapat ketidak
jelasan yang diinginkan oleh sang raja terhadap penugasan yang dilakukan oleh
utusannya bernama Banco tentang suatu pembuktian.
Diceritakan bahwa Banco meminta imbalan kepada
sang raja atas tugas yang berhasil ia selesaikan, yaitu kematian tentang
Glamiss. Dimana saya mendeskripsikan Glamiss yang diceritakan adalah sebuah
wilayah tempat para pemberontak yang ingin dimusnahkan oleh Duncan, dan Glamiss
tersebut dipegang kekuasaan oleh pemimpin yang bernama Delictus. Dalam cerita
ini Banco terus mengatakan pembelaannya tentang kematian sang Glamiss. Akan
tetapi Duncan ingin dibawakan tubuh Glamiss sebagai bukti kematiannya. Seperti
pada penggalan dialog yaitu :
Banco: Ne m’avez-vous pas dit qu’une fois Glamiss
pris, mort ou vif, vous me donneriez
ma récompense?
Duncan: Où est Glamiss, mort ou vif? Je ne le
vois pas.
Banco: Vous savez bien qu’il s’est noyé
Duncan: Je n’en ai pas la preuve. Ce sont des
on-dit. Apportez-moi le corps.
Disini disebutkan bahwa Duncan ingin sekali
melihat bukti kematian Glamiss dengan melihat jasadnya. Akan tetapi bahwa
sesungguhnya Duncan sudah mengetahui bahwa Glamiss sudah mati tenggelam
dialiran sungai dan bahkan publik pun sudah mengetahui pula dengan kematian
Glamiss. Dan Banco menegaskan pula bahwa tubuh Glamiss sudah menggelembung dan jasadnya
sudah terbawa aliran sungai yang berujung ke laut. Akan tetapi Duncan tidak mau
tahu tentang keberadaan kematiannya si glamiss. Dan akhirnya Duncan segera
memerintahkan untuk mencari jasad Glamiss di laut, padahal lautan sangat luas.
Seorang manusia belum tentu bisa menemukannya. Apalagi Banco dengan
penjelasannya mengatakan bahwa tubuhnya Glamiss sudah dimakan ikan hiu. Akan
tetapi dengan bersikeras Duncan tetap ingin adanya bukti.
Saya bisa menangkap sosok perilaku Duncan dari
sikapnya terhadap Banco yaitu ketidak pedulian akan suatu hal, akan tetapi hal
tersebut tidak bisa di nalar oleh akal sehat manusia. Dan ia merasa ingin
dirinya diberikan pembuktian. Jadi saya bisa menilai sikap Duncan yang terkesan
“plin plan” dalam menentukan kemauannya serta melakukan perbuatan yang sia-sia
dilakukan.
Saya dapat menyimpulkan dari perbandingan kedua
karya sastra tersebut yaitu, ketidak jelasan dari perilaku dan sikap dari sosok
seorang raja yang pemikirannya di luar penalaran atau di bawah kesadaran
manusia. Yang dimana dikaitkan pada aliran surealisme yang berujung tentang ketidak
jelasan atau bisa dibilang keabsurditasan pemikiran seseorang pada masa itu.
Karya ini sangat tersorot karena ceritanya tak masuk akal dan perilaku serta
watak dari seseorang yang dilakukan secara tiba-tiba atau tak terduga oleh
seorang tokoh yang diperankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar