Jumat, 25 Mei 2012

Surealisme Terhadap Sikap dan Perilaku Dari Dua Raja Yang Berbeda


Surealisme Dari Dua Karya Sastra Yang Berbeda
Peran tokoh raja pada karya sastra yang berjudul “Ubu roi” dan”Macbett” memang sebuah karya yang terkesan tidak jelas. Sangat terlihat jelas setelah saya membaca dua karya yang berbeda ini. Dan adapun ketidak sesuain perilaku dan sikap seorang raja jika kita nalar dengan akal sehat manusia. Yang dimana seharusnya penggambaran sosok dari seorang raja adalah seseorang yang bisa memimpin warganya, bijaksana, bisa bersikap tegas, baik hati terhadap semua pengikutnya dan sebagainya. Akan tetapi saya melihat karya ini sebagai bentuk berkembangnya surealisme dikalangan masyarakat pada masa itu.
Menurut sepengetahuan saya surealisme sendiri merupakan sebuah karya seni dan penulisan yang paling banyak dikenal. Dan karya yang terkait dengan aliran surealisme banyak sekali ditemukan kejutan dan atau sesuatu tak terduga yang ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas.
Yang pertama dalam sebuah karya sastra berjudul “Ubu roi” yang ditulis oleh Alfred Jarry, mengungkapkan bahwa tokoh yang bernama Père Ubu selalu memikirkan kekuasaan tanpa melihat perasaan lawan bicaranya. Seperti pada penggalan dialog :
Père Ubu: Qui es-tu, bouffre?        
Le Noble: Compte de Vitepsk.
Père Ubu: De combien sont tes revenus?
Le Noble: Trois millions de rixdales
Père Ubu: Condamné !
Mère Ubu: Quelle basse férocité !
Dari penggalan kalimat yang disajikan oleh karya ini, bisa terlihat bagaimana sosok ketidak dermawanan dari seorang raja yang menyepelekan bangsawan (Le Noble). Yang diceritakan bahwa sang raja awalnya hanya menanyakan suatu hal kepada bangsawan tersebut, dan dengan apa adanya bangsawan tersebut menjawab pertanyaan dari sang raja. Selanjutnya sang raja menanyakan kembali harta yang dimiliki bangsawan tersebut, dan kemudian bangsawan menjawab kembali pertanyaan sang raja dengan apa adanya pula. Akan tetapi sebaliknya, sosok sang Mère Ubu sangat tidak setuju dengan perlakuan sang raja terhadap bangsawan tersebut yang diceritakan dalam karya ini.
 Dan akhirnya dengan kejutan yang tak terduga, sang raja selanjutnya menahan dan memasukkan bangsawan tersebut ke dalam penjara tanpa alasan yang jelas. Itu sebuah tindakan yang secara tiba-tiba mengambil keputusan sesuai keinginannya sendiri. Dan bagi kita yang telah membaca ketidak jelasan dari sosok perilaku dan sikap seorang raja sangat tidak bisa di talar secara akal sehat. Saya pun tidak menemukan titik temu pada percakan dalam karya sastra ini, dan seolah-olah kita sebagai pembaca hanya disajikan ketidak jelasan watak dari tokoh tersebut. Lebih dramatisnya lagi, perilaku dan sikap yang kejam ini diberikan kembali kepada beberapa bangsawan yang telah ditanyakan beberapa pertanyaan oleh sang raja.
Dari penggalan dialog tersebut mungkin saya bisa mendeskripsikan bahwa sikap antusias sang raja akan kekuasaannya yang abadi. Dia tidak ingin ada seorang pun yang ingin mendahului atau melebihi kekuasaan dari dirinya, walaupun orang itu adalah seorang bangsawan sekalipun. Jadi kesannya pemimpin yang mutlak dikuasai penuh oleh seorang raja. Padahal pada kenyataannya dalam kehidupan bermasyarakat kita membutuhkan pemimpin-pemimpin tiap daerah, agar semua dapat terkendali. Inilah menurut saya yang membuat aliran surealisme sangat terkenal di mata masyarakat sampai sekarang.
Beda halnya dengan karya sastra “macbett” sosok raja yang bernama Duncan adalah seorang yang naif, tokoh yang acuh tak acuh tapi tegas, berwawasan dan sangat peka. Dalam dialog tersebut, lagi-lagi saya menemukan beberapa kejanggalan yang terjadi. Diantaranya terdapat ketidak jelasan yang diinginkan oleh sang raja terhadap penugasan yang dilakukan oleh utusannya bernama Banco tentang suatu pembuktian.
Diceritakan bahwa Banco meminta imbalan kepada sang raja atas tugas yang berhasil ia selesaikan, yaitu kematian tentang Glamiss. Dimana saya mendeskripsikan Glamiss yang diceritakan adalah sebuah wilayah tempat para pemberontak yang ingin dimusnahkan oleh Duncan, dan Glamiss tersebut dipegang kekuasaan oleh pemimpin yang bernama Delictus. Dalam cerita ini Banco terus mengatakan pembelaannya tentang kematian sang Glamiss. Akan tetapi Duncan ingin dibawakan tubuh Glamiss sebagai bukti kematiannya. Seperti pada penggalan dialog yaitu :

Banco: Ne m’avez-vous pas dit qu’une fois Glamiss pris, mort ou vif, vous me donneriez ma récompense?
Duncan: Où est Glamiss, mort ou vif? Je ne le vois pas.
Banco: Vous savez bien qu’il s’est noyé
Duncan: Je n’en ai pas la preuve. Ce sont des on-dit. Apportez-moi le corps.
Disini disebutkan bahwa Duncan ingin sekali melihat bukti kematian Glamiss dengan melihat jasadnya. Akan tetapi bahwa sesungguhnya Duncan sudah mengetahui bahwa Glamiss sudah mati tenggelam dialiran sungai dan bahkan publik pun sudah mengetahui pula dengan kematian Glamiss. Dan Banco menegaskan pula bahwa tubuh Glamiss sudah menggelembung dan jasadnya sudah terbawa aliran sungai yang berujung ke laut. Akan tetapi Duncan tidak mau tahu tentang keberadaan kematiannya si glamiss. Dan akhirnya Duncan segera memerintahkan untuk mencari jasad Glamiss di laut, padahal lautan sangat luas. Seorang manusia belum tentu bisa menemukannya. Apalagi Banco dengan penjelasannya mengatakan bahwa tubuhnya Glamiss sudah dimakan ikan hiu. Akan tetapi dengan bersikeras Duncan tetap ingin adanya bukti.
Saya bisa menangkap sosok perilaku Duncan dari sikapnya terhadap Banco yaitu ketidak pedulian akan suatu hal, akan tetapi hal tersebut tidak bisa di nalar oleh akal sehat manusia. Dan ia merasa ingin dirinya diberikan pembuktian. Jadi saya bisa menilai sikap Duncan yang terkesan “plin plan” dalam menentukan kemauannya serta melakukan perbuatan yang sia-sia dilakukan.
Saya dapat menyimpulkan dari perbandingan kedua karya sastra tersebut yaitu, ketidak jelasan dari perilaku dan sikap dari sosok seorang raja yang pemikirannya di luar penalaran atau di bawah kesadaran manusia. Yang dimana dikaitkan pada aliran surealisme yang berujung tentang ketidak jelasan atau bisa dibilang keabsurditasan pemikiran seseorang pada masa itu. Karya ini sangat tersorot karena ceritanya tak masuk akal dan perilaku serta watak dari seseorang yang dilakukan secara tiba-tiba atau tak terduga oleh seorang tokoh yang diperankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar